Tindakan Marinus Yaung ini Jelas Mencoreng Citra Universitas Cenderawasih Sebagai Lembaga Pendidikan Tertua di Tanah Papua

Jayapura.Fakta Harian.Com – Saya merasa sangat prihatin dengan perilaku seorang dosen di Universitas Cenderawasih (Uncen), Marinus Yaung, yang baru-baru ini mengeluarkan pernyataan dugaan bernada ujaran kebencian dan rasis serta provokator. terhadap calon Gubernur Papua, Dr. Drs. Benhur Tomy Mano. Sebagai seorang intelektual yang seharusnya menjadi panutan bagi generasi muda, Marinus seharusnya menggunakan pengetahuan dan pemahamannya untuk memberikan edukasi politik yang konstruktif. Alih-alih itu, ia justru menyerang kandidat gubernur dengan kata-kata yang memecah belah dan penuh kebencian.,’ kata tokoh politik Papua HYU sapaan akrab dari Hendrik Yance Udam beberaoa hari yang lalu saat berda di Kabupaten Jayapura Grime Nawa Dsitrik Nimbokrang

Lanjut HYU menjelasakan, Universitas Cenderawasih, sebagai institusi pendidikan tertua di Papua, seharusnya menjadi wadah untuk mengembangkan pemikiran kritis dan membuka ruang diskusi sehat. Tindakan Marinus Yaung ini jelas mencoreng citra Uncen dan menegaskan pentingnya menjaga etika serta tanggung jawab sosial dalam berpendapat, terutama bagi seorang akademisi.

Kita berharap agar kampanye politik di Papua berlangsung damai, bermartabat, dan penuh respek antara para kandidat dan pendukungnya. Intelektual seperti Marinus Yaung seharusnya mampu menyuarakan aspirasi politik secara profesional, tanpa terjebak dalam praktik yang memperburuk situasi dan memperdalam polarisasi sosial. Sudah saatnya kita sebagai masyarakat Papua, khususnya para akademisi dan pemimpin opini, lebih bijaksana dalam memilih kata-kata dan tindakan kita. Mari kita fokus pada pembangunan Papua yang lebih baik, saling menghargai perbedaan, dan mengedepankan dialog yang positif, bukan kebencian yang hanya memperburuk keadaan.Jelas HYU

Ditambahkan HYU, Saya telah mengamati tulisan-tulisan Dosen Uncen Marinus Yaung, yang seringkali membuat banyak orang gerah dengan perilaku politiknya yang tidak bermoral. Hal ini membuat saya merasa perlu untuk turun tangan menulis dan memberikan pencerahan kepada publik dengan narasi-narasi politik yang mendidik.

Saya juga mendengar bahwa kemungkinan Marinus Yaung memiliki dendam politik pribadi terhadap Dr. Benhur Tomy Mano, yang menjadi dasar bagi narasi kebenciannya. Namun, dalam dunia politik, hal tersebut biasa saja terjadi. Setiap individu berhak berjuang dan mempromosikan figur politik yang mereka yakini pantas memimpin Papua.

Satu hal yang menarik bagi saya adalah cara Dr. Benhur Tomy Mano merespon tulisan-tulisan Marinus Yaung. Beberapa kali saya menghubungi beliau melalui telepon dan WhatsApp untuk mengonfirmasi pandangannya terkait tulisan-tulisan yang menyudutkan dirinya dalam narasi-narasi liar di media sosial. Dengan tenang, Dr. Benhur Tomy Mano mengatakan, “Mse HYU, itu adalah politik. Biarkan saja, akan berlalu dengan sendirinya.”

Menurit HYU, Saya kemudian menyadari bahwa dalam merespons hujatan politik ini, BTM (Benhur Tomy Mano) sedang menerapkan prinsip-prinsip ajaran iman Kristen yang sangat mendalam. Salah satunya, seperti yang tertulis dalam Injil Matius 22:39-40, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihanilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Sebagai pribadi yang mengedepankan kasih, HYU juga mengingatkan kita tentang ajaran Yesus Kristus yang tercatat dalam Lukas 23:34, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dalam hal ini, BTM menunjukkan sikap penuh pengertian dan kasih kepada orang yang menyerangnya, sebuah teladan yang menginspirasi kita untuk lebih bijak dan penuh kasih dalam merespons perbedaan.

Terkait dengan prinsip Kristen lainnya yang tercatat dalam Kitab Imamat 19:18, yang berbunyi, “Akulah ALLAH. Jangan membalas dendam ataupun berdendam kepada siapapun antara umat sebangsamu, tetapi sebaliknya, kasihilah sesama manusia sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri,” saya merasa BTM tengah mengamalkan ajaran ini dalam menghadapi serangan dari Marinus Yaung.

Melalui sikap BTM yang tenang dan penuh kasih, saya belajar bahwa dalam menghadapi hujatan politik, kita perlu mengedepankan kasih dan pengampunan, bukan membalas dengan kebencian. Ini adalah prinsip yang harus diterapkan oleh setiap masyarakat Papua, terutama bagi mereka yang memiliki pengaruh seperti akademisi, agar bisa berkontribusi pada proses pembangunan yang lebih baik, bukan malah menciptakan perpecahan,”tutup HYU

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *