Jayapura. Fakta Harian.Com – Kunjungan pasangan pasangan calon Gubernur Papua dan Wakil Gubernur, Benhur Tomi Mano dan Constant Karma (BTM-CK) ke Kepulauan Yapen pada Selasa (15/4) mengikuti momen peringatan Hari Lahir Muslimat NU yang ke-79 justru membuka kembali luka lama yang belum sembuh. Di balik senyum protokoler dan sambutan resmi, masyarakat Saireri menyimpan duka dan rasa kecewa yang mendalam.
Ketua Umum Relawan MARI YO MANIA, Hendrik Yance Udam (HYU), kepada sejumlah wartawan di Jayapura ( Rabu Selasa (16/4) menegaskan bahwa kehadiran BTM tidak serta-merta membawa harapan baru bagi masyarakat Saireri. Justru, bagi banyak warga, itu terasa seperti garam yang ditabur di atas luka yang belum kering — luka atas pengkhianatan terhadap putra daerah mereka, YB, yang kini terpuruk di balik jeruji besi.
“Masyarakat bertanya-tanya, bagaimana mungkin seorang calon pemimpin bisa hadir di tengah rakyat, sementara tokoh yang dulu digandeng dalam semangat representasi adat, ditinggalkan begitu saja?” ujar HYU.
Lebih menyakitkan lagi, lanjut HYU, hingga hari ini BTM belum sekalipun menjenguk Yermias Bisai (YB) — figur yang dulunya dielu-elukan sebagai suara harapan Saireri di masa depan. Ketidakhadiran YB dari kontestasi kali ini disebut-sebut hanya karena persoalan administratif berupa surat keterangan (suket), hal yang sejatinya bisa diselesaikan jika ada niat baik dan keberpihakan politik.
“Ini bukan sekadar politik, ini soal harga diri. Ini tentang bagaimana representasi adat dihormati atau justru dikhianati,” tegas HYU.
Bagi masyarakat Saireri, ketulusan lebih berharga daripada sekadar kunjungan. Selama tak ada itikad untuk menyembuhkan luka dan menjawab pertanyaan mereka dengan jujur, maka siapa pun yang datang — bahkan calon gubernur sekalipun — akan disambut dengan diam, bukan sambutan hangat.
