Grime Nawa.Fakta Harian.Com – Ketua Umum Relawan MARI YO MANIA, Hendrik Yance Udam (HYU), menegaskan bahwa terpilihnya dua figur kuat, Yunus Wonda dan FX Mote, dalam Pilkada serentak 2024 adalah bukti nyata bahwa masyarakat di wilayah Tabi dan Saireri semakin dewasa dalam menentukan arah politiknya.
Pernyataan itu disampaikan HYU kepada sejumlah wartawan usai deklarasi Relawan MARI YO MANIA di Distrik Nimbokrang, Grime Nawa, yang berlangsung di Rumah Dewan Adat Suku Namblong, Rabu (16/4).
“Yunus Wonda, putra terbaik Lapago, terpilih sebagai Bupati Kabupaten Jayapura di tanah Tabi, dan FX Mote, putra terbaik Meepago, terpilih sebagai Bupati di Kabupaten Waropen di tanah Saireri. Ini menandakan kebangkitan kesadaran politik rakyat Papua untuk memilih pemimpin bukan hanya berdasarkan asal-usul, tapi kualitas dan kapasitas,” tegas HYU.
HYU juga menyampaikan keyakinannya bahwa pada Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilgub Papua mendatang, masyarakat Tabi dan Saireri akan memberikan dukungan politiknya kepada pasangan calon gubernur Matius Fakhiri dan Aryoko Rumaropen sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Papua definitif periode 2025–2030.
Ia mengimbau masyarakat untuk tidak terprovokasi oleh narasi sempit soal “anak Tabi atau Saireri”. Menurutnya, Fakhiri dan Rumaropen adalah putra terbaik Papua yang pantas memimpin tanpa diskriminasi wilayah.
“Jangan ada dikotomi antar sesama anak Papua. Kita harus berpikir luas dan inklusif. Kepemimpinan bukan milik satu wilayah, tapi untuk seluruh tanah Papua,” tutup HYU.
Kemenangan Telak di Pilkada 2024
Yunus Wonda bersama wakilnya, Haris Yocku, meraih kemenangan dengan 22.386 suara di Kabupaten Jayapura. Sementara itu, FX Mote berpasangan dengan Yoel Boari menang di Kabupaten Waropen dengan perolehan 9.190 suara, mengalahkan tiga pasangan lain dan mengukuhkan diri sebagai Bupati dan Wakil Bupati Waropen periode 2024–2029.
Apresiasi Tokoh Papua Pegunungan
Tokoh muda Papua, Dr. Yosua Noak Douw, turut memberikan apresiasi. Ia menilai bahwa terpilihnya dua tokoh tersebut mencerminkan kematangan politik masyarakat.
“Masyarakat Tabi dan Saireri telah menjadi teladan demokrasi di Papua. Mereka memilih berdasarkan visi, rekam jejak, dan komitmen, bukan sekadar identitas,” ujar doktor lulusan Uncen itu dari Jayawijaya.
Yosua menegaskan bahwa otonomi khusus (otsus) bukan untuk memecah belah, melainkan mempercepat pembangunan dan pelayanan publik yang berpijak pada budaya lokal dan keterbukaan antar wilayah.
Simbol Politik Modern Papua
Bagi Yosua, kemenangan Wonda dan Mote menandai munculnya pemimpin baru yang membawa harapan, seperti “matahari yang terbit dari Tabi” untuk menerangi seluruh Papua. Ia menilai bahwa pemilu kali ini memberikan pelajaran penting: rakyat Papua akan memilih figur terbaik, tanpa batasan sekat wilayah.
“Siapapun orang asli Papua boleh mencalonkan diri di seluruh tanah Papua. Yang dibutuhkan masyarakat hanyalah pemimpin yang bekerja dengan hati untuk rakyat,” pungkasnya.