Jayapura. Pemugutan Suara Ulang (PSU) Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua, yang akan digelar pada 6 Agustus 2025 semakin memanas.
Di tengah dinamika politik yang kian ketat, satu nama mencuat sebagai arsitek strategi politik, yang tak biasa: Hendrik Yance Udam, atau yang akrab disapa HYU.
Tokoh nasional asal Tanah Papua ini kembali menjadi perbincangan publik, kali ini lewat manuver politiknya yang dijuluki “Langkah Kuda HYU”—sebuah strategi taktis yang digadang-gadang menjadi penentu kemenangan pasangan Mathius D. Fakhiri dan Aryoko Rumaropen (MARI-YO) di PSU nanti.
Manuver politik yang dilakukan HYU layaknya seekor kuda yang gagah dan cerdas, HYU menunjukkan kekuatan strategi, kecepatan dalam mengambil keputusan, serta kecerdasan membaca arah angin politik.
HYU tak datang dengan tangan kosong. Ia menunggang tiga “kuda” sekaligus dalam perjuangannya memenangkan MARI-YO.
Ketiga “kuda” itu adalah Ormas Gercin Indonesia, jaringan relawan MARI YO MANIA, dan pengaruhnya sebagai mantan jurnalis nasional, yang memiliki jejak karier panjang dari Papua hingga Jakarta.
Dengan perpaduan strategi gerakan akar rumput, jejaring relawan militan, serta penguasaan terhadap media dan komunikasi politik, HYU menyasar tiga segmen penting pemilih: generasi milenial, pemilih akar rumput, dan golongan yang tak menggunakan hak pilih pada Pilkada 27 November 2024 lalu.
Menurut HYU, kelompok inilah yang menjadi penentu di PSU Papua. “Pemilih yang belum menentukan pilihan itu punya potensi besar, untuk mengubah hasil. Dan kuda yang saya tunggangi bukan kuda biasa—ini kuda troya,” tegasnya.
“Kuda troya” yang dimaksud HYU adalah strategi infiltrasi politik yang tersebar di 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Papua.
Ia menyebut, setiap elemen gerakan yang dibangunnya bekerja secara diam-diam namun efektif, membawa pesan perubahan dan membangkitkan kembali semangat demokrasi, yang sempat redup di tengah masyarakat Papua.
HYU juga memaksimalkan kekuatan media sebagai alat komunikasi massa dan opini publik. Berbekal pengalaman jurnalistiknya, ia memahami cara menyentuh emosi dan harapan masyarakat lewat narasi-narasi yang membumi, namun menggugah hati.
“Ini bukan sekadar soal politik. Ini soal harga diri dan masa depan Papua. MARI-YO bukan sekadar pasangan calon, tapi simbol harapan baru bagi rakyat Papua,” ujar HYU dalam pernyataannya kepada media, 7 Mei 2025.
Dengan waktu kurang dari tiga bulan menuju PSU, semua mata kini tertuju pada Papua. Akankah langkah Kuda HYU benar-benar membawa kemenangan signifikan bagi MARI-YO? Ataukah strategi lawan akan membalikkan keadaan?
Satu yang pasti, langkah HYU tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Ia bukan sekadar pemain, tapi kini menjadi aktor kunci dalam panggung demokrasi Papua 2025. ( Penulis Makawaru da Cunha)